Vaksektomi? Pertimbangkan Dulu Beberapa Aspek Berikut! – Dengan canggihnya teknologi kedokteran dewasa ini, banyak sekali metode kontrasepsi yang ditawarkan, baik bagi perempuan maupun laki-laki. Bagi pria yang benar-benar sudah pada keputusan final untuk tidak lagi memiliki anak, vaksektomi merupakan solusi kontrasepsi terbaik.
Vaksektomi pada dasarnya adalah sebuah metode kontrasepsi permanen yang bekerja dengan cara mencegah pelepasan sperma ketika pria mengalami ejakulasi. Metode ini tergolong rumit dan harus dilakukan oleh dokter bedah yang profesional dengan pengalaman bedah yang mumpuni. Ketika dilakukan oleh dokter yang profesional, tingkat keberhasilan metode ini adalah 999 untuk 1.000 operasi. Namun, jika ditangani oleh dokter yang memiliki pengalaman vaksektomi kurang dari 50 kali, tingakat kegagalannya yakni sekitar 10 hingga 17%.
Selain itum vaksektomi bukanlah metode kontrasepsi tanpa risiko sedikitpun. Nah, jadi sangatlah penting untuk mempertimbangkan berbagai aspek sebelum Anda memutuskan untuk menjatuhkan pilihan pada vaksektomi. Untuk membantu Anda membuat keputusan, berikut beberapa hal penting yang perlu Anda diskusikan terlebih dahulu dengan dokter Anda sebelum melakukan vaksektomi.
Table of Contents
Vaksektomi? Pertimbangkan Dulu Beberapa Aspek Berikut!
Metode vaksektomi yang akan digunakan
Ahli bedah menggunakan berbagai teknik untuk memotong, menonaktifkan, dan menutup kedua ujung vas. Teknik terbaik menurut survei baru-baru ini disebut “kauterisasi intraluminal dengan interposisi fasia”. Pada teknik ini, ahli bedah mengiris kedua vas, menyayat bagian dalam vas, disebut juga lumina, pada satu tabung dengan jarum yang sudah dipanaskan. Kemudian dokter menarik fasia (jaringan yang mengeliling tabung) dan menjahitkannya pada ujung tabung. Menjahit tabung mencegah “rekanalisasi”, yang dapat terjadi ketika saluran mikroskopis tumbuh antara ujung yang terputus dari vas tersebut. Ketika hal ini terjadi, sperma bisa lolos melalui saluran mikroskopis ini dan menjadi air mani.
Namun, selain memutuskan teknik yang tepat Anda juga perlu mempertimbangkan matang-matang dokter yang akan menangani prosedur vaksektomi Anda. Ahli bedah yang melakukan operasi memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat keberhasilan vaksektomi Anda.
Risiko setelah vaksektomi
Walaupun operasi vaksektomi yang dilakukan berhasil, Anda tetap disarankan untuk menggunakan kontrasepsi selama setidaknya 3 bulan karena sperma masih menumpuk pada bagian ujung vas yang dipotong. Pada minggu ke-12, Anda direkomendasikan untuk melakukan tes lanjutan guna memastikan bahwa sperma benar-benar tidak ada lagi di dalam air mani. Jika hasilnya negatif, ini berarti operasinya berhasil. Namun jika dokter memberi tahu Anda bahwa sperma sudah tidak ada lagi di dalam air mani, bukan berarti ini hal mutlak. Kemungkinan Anda untuk menjadi subur lagi masih ada, meskipun risiko relatif sangat kecil, yakni sekitar 0,0005 persen.
Rasa sakit selama vaksektomi
Salah satu ketakutan paling besar pria terkait prosedur vaksektomi adalah rasa sakit yang ditimbulkan. Jika dilakukan dengan baik, prosedur vaksektomi ini biasanya tidak menimbulkan rasa sakit atau nyeri sama sekali. Nyeri umumnya baru terasa setelah operasi dan bisa bertahan selama beberapa hari sesudahnya.
Namun, jika Anda tidak menghindari olahraga atau melakukan hubungan seksual sesudahnya, rasa sakit akan timbul pada skrotum atau testis, dan yang lebih parah bisa menyebabkan bengkak. Jadi, pastikan Anda menunda olahraga dan hubungan seksual selama beberapa hari.
Vaksektomi dan risiko kanker prostat
Sejumlah penelitian di awal tahun 1990-an menunjukkan adanya hubungan antara vasektomi dan kanker prostat. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa pria yang menjalani vasektomi berisiko 1,5 kali lebih tinggi terkena kanker prostat dibandingan mereka yang tidak. Menurut studi ini, mereka yang melakukan prosedur vasektomi juga akan lebih rentan mengalami masalah urologi. Namun sebuah studi yang dilakukan di Selandia Baru menunjukkan hasil yang sungguh berbeda. Penelitian ini tidak menemukan adanya hubungan antara vasektomi dan kanker prostat. Sampai saat ini para ahli belum menemukan bukti pasti yang bisa menjelaskan hubungan antara keduanya. Tapi Anda tetap harus mempertimbangkan risiko yang satu ini jika Anda memilih prosedur vasektomi sebagai metode kontrasepsi Anda.